Disunting oleh: Encep Abdullah Al
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa
manusia adalah sebagai kholifah allah di
bumi, Sebagai kholifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakannya, dengan demekian
pendidikan merupakan urursan hidup dan kehidupan manusia dan merupakan tanggung
jawab manusia itu sendiri. Untuk mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia
harus memahami dirinya sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup
dan kehidupannya, apa tujuan hidup dan apa pula tujuan hidupnya.
Filsafat, sebagai daya upaya manusia
dengan akal budinya untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal dan
integral serta sisitematis mengenal ketuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana
sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat
selalu menggunakan ratio (pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di
hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di
sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang
mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi
kepentingan hidup dan hidupnya
Filsafat membahas sesuatu dari
segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya
sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang
di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai
kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan
renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah
satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari
induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa
membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia
untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan
peningkatan hidup manusia.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana pendidikan dalam analisis filsafat itu?
- Bagaimana pendekatan filosofi dalam pemecahan masalah pendidikan?
- Bagaimana hubungan filsafat dan teori pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila sebagai Landasan Filsafat
Sistem Pendidikan Nasional
Bangsa Indonesia memiliki filsafat
umum atau filsafat Negara ialah pancasila sebagai falsafah Negara, Pancasila
patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada
segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian
selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989,
yang menegaskan bahwa pembangunan nasioanal termasuk dibidang pendidikan adalah
pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara
lain: “ Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang
tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”. Sedangkan ketetapan MPR-RI
No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila menegaskan pula
bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia,dan dasar Negara Republik
Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa
manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang
menjadi pangkal serta mauara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan
dengan kata lain : Pancasila sebagai sumber system nilai dalam pendidikan.
P4 Atau Ekaprasetya Pancakarsa
sebagai petunjuk operasional pengamalan pancasila dalam kehidupan
sehari-hari,termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan
Pancasila ituharuslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam
pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,Persatuan
Indonesia,Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Belum ada upaya mengopersionalkan
Pancasila agar mudah diterapkan dalam kegiatan –kegiatan di masyarakat,termasuk
penerapanya dalam dunia pendidikan Kalaupun ada bidang studi menyangkut moral
Pancasila, sebagan besar diterapkan seperti melaksanakan bidang-bidang studi
lain. Pendidik mengajarkannya, peserta didik berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan pendidik dalam ujian-ujian.
Sementara itu dunia pendidikan di
Indonesia belum punya konsep atau teori-teori sendiri yang cocok dengan
kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian dan cara –cara
mencapai tujuan pendidikan.Sebagian besar konsep atau teori pendidikan diimpor
dari luar negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia.
Teori-teori biasa didapat dengan
cara belajar diluar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding. Dan yang
paling banyak dilakukan adalah dengan mendatangkan buku atau membeli buku dari
Negara lain. Inilah sumber konsep pendidikan di Indonesia. Kalaupun ada usaha
menyususn sendiri konsep pendidikan sebagian besar juga bersumber dari
buku-buku ini. Begitu pula tentang konsep-konsep pendidikan yang ditatarkan
dalam penataran-penataran pendidikan jugaBersumber dari buku-buku. Dengan
demikian dapat diibaratkan membuat manusia Indonesia yang dicita-citakan
seperti menerpa patung dengan cetakan luar negeri. Hasilnya tentu tidak persis
seperti manusia yang dicita-citakan, karena cetakan itu sendiri belum ada di
Indonesia.
B. Pendidikan Dalam Analisis Filsafat
Masalah
pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang
satu. Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan
oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is education, and education is
life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia
itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan
memberikan pengaruh pendidikan baginya. Dalam artinya yang sepit, pendidikan
hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan
pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya
identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta
lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun
masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan
hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa
yang telah sadar akan kemanusiaanya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan
menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi mu,
agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan
tugas-tugasnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri
kemanusiannya dan pendidikan formal di sekolah hanya bagian kecil saja dari
padanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitannya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya.
Dengan pengertian pendidikan yang
luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas
pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang
diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang
sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak
pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan
mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya.
Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin
terjawabdengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan
analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat
dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
- Masalah kependidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia. Apakah pendidikan itu berguna untuk membawa kepribadian manusia, apakah potensikereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, atau faktor-faktor yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidikan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
- Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal
Masalah-masalah
tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang
dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan
sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut,
Analisa filsafat
menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.
Diantara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain:
- Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membeyangkan dan menggambarkan.
- Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
- Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan masing-masing.
- Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life ) penedekatan ii sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual , yang menjadi problem masa kini, dengan menggunakan metode ilmiah dapat di diskripsikan dan kemudian di pahami permasalan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masayrakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
C. Metode
Studi Dalam Filsafat Pendidikan dan Pendekatannya.
1.
Metode Studi dalam Filsafat
Pendidikan
Manusia dalam mempelajari sesuatu
tentulah memerlukan metode agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu
pula Filsafat Pendidikan dalam studinya menggunakan metode: a) metode
rasionalistik, b) metode empirik, c) metode intuisi, d) metode reflektif, e)
metode historis, dan f) metode analisis sintetis (Arifin, 2000:19-23), serta
hermeneutika.
- Rasionalistik
Rasionalistik, suatu
paham yang mengedepankan rasio. Sehingga paham ini dalam menganalisis fenomena
(alam) berpegang pada kemampuan akal pikiran belaka. Adapun langkah-langkah
berpikir rasionalitik sbb: 1). Tidak menerima begitu saja atas sesuatu yang
belum diakui kebenarannya; 2). Menganalisis dan mengklasifikasi secara teliti;
3). Diawali sasaran yang paling sederhana dan mudah menuju yang kompleks; 4).
Tiap masalah dibuat uraian yang sempurna dan dilakukan pengkajian kembali
secara umum. Lankah-langkah tersebut dapat dipahmi bahwa untuk mengambil suatu
kesimpulan memerlukan analisis secara teliti dan seksama, dan pengkajian ulang
sehingga kecil kemungkinan terjadi bias.
- Empirik
Metode ini dalam menganalisis
fenomena-fenomena yang ada berdasarkan pengalaman, observasi dan
penelitian/ eksperimen. Pengalaman menjadi sesuatu yang utama, baik yang
dihasilkan melalui observasi, penelitian atau ekperimen. Rasio menjadi
pendukungnya dari pengalaman. Metode ini dikedepankan dalam dunia ilmu
pengetahuan yang dapat diuji kembali kebenerannya di lain waktu
- Intuisi
Intuisi memiliki kadar
lebih tinggi dibanding intelek. Namun intuisi ini sulit untuk dibuktikann
secara empirik, sulit pula diukur. Sehingga sering disingkirkan sebagai metode
berpikir khususnya di dunia ilmu pengetahuan.
- Reflektif
Reflektif: suatu cara
berfikir yang dimulai dari adanya problem-problem yang dihadapkan kepadanya
untuk dipecahkan. Problem-problem yang ada menjadi titik berangkat pemikirannya,
tanpa adanya problem-problem aktifitas refleksi pun sulit dilakukan. Berdasar
problem-problem yang dihadapi akan melahirkan hasil pemecahannya. Perjalanan
roda pendidikan selalu dihadapkan problem-problem yang terus meneruak muncul
karena pendidikan suatu yang terus berkembang. Dan problem yang besar tidak
lain adalah kenyataan.
- Historis
Metode ini pada
problem-problem tertentu dapat digunakan utuk mengatasi problem yang dihadapi
secara wajar. Biasanya metode ini diawali dari suatu tesis kemudian anti tesis,
selanjutnya melahirkan sintesis.
- Analitik-Sintetik
Suatu metode yang
berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran, dan pemikirannya
secara induktif dan deduktif serta analisa ilmiah.
Pemikiran induktif:
cara berpikir yang berdasar fakta-fakta yang bersifat khusus terlebih dahulu
dipakai untuk penarikan yang bersifat umum. Sedang deduktif: cara berpikir
dengan menggunakan premise-premis dari fakta yang bersifat umum menuju ke arah
yang bersifat khusus sebagai kesimpulannya. Pemikiran induktif dan deduktif
dapat digunakan dengan silih berganti, tergantung pada kesukaan dan
kecenderungan pola pikir penggunanya.
Contoh
pemikiran Induktif,
Buku 1 besar dan tebal
adalah mahal
Buku 2 besar dan tebal
adalah mahal
Konklusi : semua buku
besar dan tebal adalah mahal
Contoh
pemikiran Deduktif,
Premis mayor: Semua
buku besar dan tebal adalah mahal
Premis minor : Buku 3
adalah besar dan tebal
Konklusi : buku 3
adalah mahal
Sementara
Analitik-sintetik: Mengurai sasaran-sasaran pemikiran filosofis sampai unsur
sekecil-kecilnya, kemudian memadukan kembali unsur-unsur sebagai kesimpulan
hasil studi. Pemikiran analitik sintetik ini merupakan hasil paduan unsur-unsur
baik yang dilakukan secara analitik maupun sintetik.
- Analisis Bahasa dan Analisis Konsep
Analisis bahasa, usaha
untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu atau usaha untuk mengadakan
interpretasi pendapat atau pendapat mengenai makna yang dimiliknya. Analisis
konsep, Analisis kata-kata atau istilah-istilah yang menjadi kunci pokok yang
mewakili suatu gagasan atau konsep. Analisis bahasa itu memberi interpretasi
dari sesuatu pendapat, sedang analisis konsep mengurai kata kunci yang menjadi
sample konsep.
- Hermeneutika
Selain metode tersebut
di atas, hermeneutika (takwil) dapat menjadi metode pemikiran dalam studi
filsafat pendidikan karena melalui hermeneutika ini memungkinkan pengetahuan
yang mendasar dapat diperoleh. Pengikut hermeneutika dalam mempelajari perilaku
manusia mecari perspektif yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang
paling mendasar. Takwil bukan sekedar teknik penelitian atau alat pengetahuan
atau jalan menuju kebenaran, melainkan takwil adalah bidang pemahaman yang
memungkinkan untuk mengkaji wujud secara baru dan memungkinkan untuk
mendefinisikan kembali tentang sesuatu (Alwasilah, 2008:125,127). Hermeneutik
suatu alat atau metode pengkajian untuk mendapatkan pemahaman pengetahuan atau
kebenaran.
Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian, penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan tidak bias.
Metode-metode tersebut tidak selalu pas/relevan dan dapat digunakan disetiap obyek kajian. Untuk itu penggunaan metode harus mempertimbangkan relevansi bahan yang menjadi obyek pengkajian, penemuan atau pengembangan pendidikan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan tidak bias.
2. Pendekatan Filsafat Pendidikan
Pendekatan filsafat pendidikan dalam
melakukan studinya, yaitu: 1) ajaran filsafat/aliran filsafat tertentu, dan 2)
Pendidikan. Filsafat pendidikan dalam melakukan studinya akan merujuk pada
ajaran filsafat, dan pendidikan. Untuk paham filsafat di antarnya seperti
idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme dan
fenomenologi, sedang ajaran pendidikan seperti nativisme, empirisme dan
konfergensi.
a. Hubungan filsafat dan teori
pendidikan
Hubungan
antara filsafat dan teori
pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu
sistem pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan
mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai
Sebagaimana
telah di kemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan
dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah-masalah
kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, analisa
filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan tersebut, dengan berbagai cara
pendekatannya, akan dapat menghasilkan pendangan-pndangan tertentu mengenai
masalah-maslah kependidikan bisa
tersebut. Dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori
pendidikan . disamping itu jawaban-jawaban yang telah di kemukakan oleh jenis
dan aliran filsafat tertentusepanjang sejarah terhadap problematika kehidupanyg
dihadapinya menunjukkan pandangan-pandangan tertentu yang tentunya juga akan
memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional
antara filsafat dan teori pendidikan
Hubungan
fungsional antara filsafat dan teori pendidikan teori pendidikan dapat
diuraikan sebagai berikut
1) Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan
salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori pendidikannya,
disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat
idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan
ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya.
Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan
atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
2) Filsafat, juga berpungsi memberikan
arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang
berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan
pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan
dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang
juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan
bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya
sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan
sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak
fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan
teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut,
yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari
masyarakat.
3) Filsafat, termasuk juga filsafat
pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan
kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada
dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa
dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk
selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang
realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
Di samping
hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga
terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagai berikut :
4) Kegiatan
merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat
hakikat manusia, serta kon sepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi
moral pendidikannya.
5) Kegiatan
merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi
politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,
metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan
pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara
Definisi
di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan
system atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang
satu “supplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru
sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”.
b. Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di
Indonesia
Pendidikan di Indonesia baru dalam
tahap perhatian. Perhatian-perhatian terhadap perlunya filsafat pendidikan
itupun baru muncul disana-sini belum terkoordinasi menjadi suatu perhatian besar
untuk segera mewujudkanya. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari
kesimpangsiuran pandangan para pendidik terhadap pendidikan itu
sendiri,seperti telah diungkapkan diatas.
Ada suatu hasil penelitian bertalian dengan hal diatas yang
dilakukan oleh Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa
PGSD, SI, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung,
dan Surabaya. Penelitian itu menemukan hal-hal sebagai berikut
- Lebih dari separoh responden menginginkan penegasan kembali pengertian pendidikan dan pengajaran
- Hampir separoh responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli pendidikan menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru
- Para mahasiswa dan dosen berpendapat ipendidikan adalah ilmu mandiri, sementara itu hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah ilmu terapan, dan
- Semua responden menyatakan kurang mengenal struktur ilmu pendidikan.Karena keragaman pandangan diatas membuat responden terpecah menjadi sebagian mendukung pernyataan guru tidak mendidik melainkan mengajar dan sebagian lagi menolak
Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik
sejumlah masalah bertalian dengan ilmu pendidikan,yaitu :
- Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran
- Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan
- Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
- Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
- Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.
- Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
Keenam masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan,
khususnya pendidikan sebagai ilmu belum ditangani. Mulai dari pengertian,
apakah sebagai ilmu dasar atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan
penerapannya pada para calon guru dan guru-guru masih belum jelas. Kondiosi
ilmu pendidikan seperti ini terjadi karena memang ilmu itu belum digali dan
dikembangkan.
Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan
yang bercorak Indonesia secara valid, terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan
perenungan itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat
diterpkan dibumi Indonesia . Dengan kata lain, untuk menemukan teori-teori
pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat
pendidikan yang bercorak Indonesia pula.
Bagaimana kiat untuk meningkatkan
kegiatan usah merumuskan filsafat pendidikan Indonesiaini, yang kin baru
falam tahap perhatian yang bersifat sporadic ? Tampaknya kiat itu perlu
disesuaikan dengan alam kebiasaan bangsa Indonesia saat ini sesuatu akan
terjadi secara relative lebih mudah bila gagasan itu bersumber dari dan
disepakati atau disetujui oleh pemerintah. Filsafat pendidikan akan lebih mudah
mendapat jalan dalam perkembanganya. Manakala pemrakarsa dapat mengugah hati
pemerintah untuk menyetujuinya.
Upaya mendorong pemerintah untuk
member isyarat akan pentingnya merumuskan filsafat pendidikan dan teori
pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan menjelang
sidang umum MPR (kompasa,27 Nopembert 1992), sebagai satu sumbangaan
untukk bahan siding umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai produk siding itu,tidak
mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan itu.itu
menunjukan kemauan politik pemerintah kearah itu belum ada. Mudah-mudahan di
waktu-waktu yang akan datang kemauan itu akan muncul.
Di samping kunci utama untuk memulai
kegiatan pengembangan filsafat pendidikan itu belum ada, ada lagi kunci kedua
yang membuat sulitnya mengembangkan filsafat dan teori pendidikan itu, yaitu
kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan.
Memang benar sila-sila Pancasila sudah dijabarkan menjadi 45 butir, tetapi
penjabanran itu belum tentu sesuai dengan kebiasaan kerja para ahli pendidikan
yang membuat hasil kerja mereka lebih mudah diterapkan di lapangan. Sampai
sekarnag tidak setiap ahli diperkenankan menjabanrkan sila-sila Pancasila. Ynag
diperbolehkan menjabarkan sila-sila itu hanya BP7 pusat, dengan maksud sangat
mungkin unutk menghindari kesimpang-siuran makna sila-sila Pancasila itu
sendiri
Tetapi bila para ahli pendidikan
yang berwenang merumuskan filsafat pendidikan tidak diperkenankan menjabarkan
atua menafsirkan sendiri sila-sila Pancasila itu akan membatasi kebebasan
mereka berfikir dan mewujudkan filsafat itu. Bola hal itu tidak bias
ditawar-tawar, mungkin dapat diambil jalan kompromi yaitu dengan dibentuk
tim yang anggotanya beberapa ahli pendidikan dan beberapa anggota BP7 pusat.
Dengan cara ini kemacetan salah satu faktor penghambat pengembangan filsafat
pendidikan di Indonesia bias diatasi.
Andaikan
isyarat untuk mewujudkan filsafat pendidikan sudah ada atau sudah ada suatu
kelompok yang berupaya merumuskan filsafat itu, maka ada beberapa hal yang
harus dipikirkan. Hal-hal yang dimaksud adalah:
- Apakah filsafat pendidikan yang akan dibentuk, yang sesuai dengan kondisi dan budaya Indonesia akan diberi nama Filsafat Pendidikan Pancasila atau dengan nama lain ?
- Apakah filsafat pendidikan itu diambil dari filsafat pendidikan internasional yang sudah ada yang sudah ada, dengan memilih salah satu dari Esensilais, Perenialis, Progesivise, Rekonstruksionis, dan Eksistensialis? Sehingga tinggal merevisi agar cocok dengan kondisi Indonesia.
- Ataukah filsafat itu dimunculkan bersumber dari filsafdat-filsafat umum yang berlaku secara Internasional, seperti yang dilaksanakan oleh Negara Australia. Ahli pendidikan di Australia ,menyatakan filasfat yang mendasari pendidikan mereka adalah Liberal, Demokrasi, dam multicultural ( Made Pidarta, 1995 ). Seakan-akan mereka tidak memiliki filsafat khusus tentang pendidikan.
ISPI (1989) mengingatkan bahwa tugas
utama para ahli ilmu Pendidikan adalah (1) mengungkapkan pikiran yang
sistematik dan mendasar mengenai implikasi filsafat Pancasila dalam filsafat
pendidikan nasional yang akan dibentuk, dan (2) dalam mengungkapkan
sumber-sumber dari luar termasuk teori pendidikan dan perlu diadakan
saringan-saringan agar sesuai dengan filsafat negara kita.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
filsafat dan
pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan adanya kebenaran dalam memecahkan
permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu
proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas
atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim. Jadi filsafat dan pendidikan ini
saling berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu
kehidupan.
Masalah
pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pendekatan
filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan
inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah
dan pedoman suatu sistem pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan,
Muhammad. 2007. Filsafat Pendidikan dan Implikasinya. RBI-Online. (www.rbi-online.com/filsafat-pendidikan-dan-implikasinya.html,
diakses tanggal 10 Oktober 2013).
Bahri, Syamsul. 2007. Landasan Pendidikan. (http://www.wordpress.com/
syamsulbolg.html, diakses tanggal 10 Oktober 2013).Fadli. 2010. landasan-filsafat-dalam- pendidikan. (http://fadlibae.wordpress.com/ landasan-filsafat-dalam-pendidikan, diakses tanggal 11 Oktober 2013)
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon